.
.
.
.
.
Disit ndi endog karo pitik?
(Dulu mana telur dengan ayam?)
Kalau ditinjau dari tata bahasanya, alias urutan katanya, maka dulu 'telur' daripada 'ayam'.
Mengapa?
Sebab, 'telur' disebut terlebih dahulu, barulah 'ayam' disebut.
Demikian juga jika posisi kata 'telur' dan 'ayam' ditukar, maka dulu
'ayam' daripada 'telur'.
Ini yang pertama yang jadi pokok perdebatan tak berujung, urutan kata.
Yang kedua, pasti berdebat bahwa 'telur' itu berasal dari 'ayam', maka tanpa ada 'ayam' pasti tak ada 'telur', yang kemudian akan dibantah bahwa, 'ayam' itu berasal dari 'telur', maka tanpa ada 'telur' mustahil adanya 'ayam'. Dan masing-masing pasti mathok bangkrung pada pendapatnya tanpa adanya titik temu, sebab tidak mungkin dua-duanya ada pada saat awal mula diciptakan.
Kalau menurutku, jawaban pertanyaan itu adalah 'telur' dahulu yang ada/diciptakan, hal ini sesuai dengan kenyataan adanya proses pertumbuhan dari Tesing Wiji-Lahir-Tumbuh dari kecil sampai
dewasa-Mati.
Semua berproses, tidak ujug-ujug mak jegagig jadi 'ayam'. Jika langsung jadi 'ayam' maka tak ada proses pertumbuhan, tesing Wiji, lahir dan mati. Kekal adanya sebab sudah dewasa.
Apa iya, nurunken wijine alias berkembang biake lahir langsung gedhe, dewasa? Ga mungkin! Bagaimana proses keluar anak dari induknya kalau
sang anak langsung dewasa?
Hal ini berlaku di semua dhumadhi urip (manungsa, hewan, tumbuh-tumbuhan).
Dadi, disit endog tinimbang ayam.
Disit Wiji Dhumadhi tinimbang Dhumadhine.
Kebumen, 14 November 2014, 8:50
-Djati-
#Wiji
Ini yang pertama yang jadi pokok perdebatan tak berujung, urutan kata.
Yang kedua, pasti berdebat bahwa 'telur' itu berasal dari 'ayam', maka tanpa ada 'ayam' pasti tak ada 'telur', yang kemudian akan dibantah bahwa, 'ayam' itu berasal dari 'telur', maka tanpa ada 'telur' mustahil adanya 'ayam'. Dan masing-masing pasti mathok bangkrung pada pendapatnya tanpa adanya titik temu, sebab tidak mungkin dua-duanya ada pada saat awal mula diciptakan.
Kalau menurutku, jawaban pertanyaan itu adalah 'telur' dahulu yang ada/diciptakan, hal ini sesuai dengan kenyataan adanya proses pertumbuhan dari Tesing Wiji-Lahir-Tumbuh dari kecil sampai
dewasa-Mati.
Semua berproses, tidak ujug-ujug mak jegagig jadi 'ayam'. Jika langsung jadi 'ayam' maka tak ada proses pertumbuhan, tesing Wiji, lahir dan mati. Kekal adanya sebab sudah dewasa.
Apa iya, nurunken wijine alias berkembang biake lahir langsung gedhe, dewasa? Ga mungkin! Bagaimana proses keluar anak dari induknya kalau
sang anak langsung dewasa?
Hal ini berlaku di semua dhumadhi urip (manungsa, hewan, tumbuh-tumbuhan).
Dadi, disit endog tinimbang ayam.
Disit Wiji Dhumadhi tinimbang Dhumadhine.
Kebumen, 14 November 2014, 8:50
-Djati-
#Wiji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar