Entri yang Diunggulkan

Dahulu Mana, Telur dan Ayam?

Pertanyaan klasik dan ajeg yg jadi bahan debat tanpa ujung jika ngrembug bab Sangkan adalah... . . . . . Disit ndi endog karo pitik? (Dulu m...

Jumat, 06 Mei 2011

Ambivalensi

Tuhanku Yang Maha Penyayang…
Ada beberapa hal yang bertentangan dalam firman-Mu… dan di firman lain… kedua hal yang bertentangan itu mendapatkan semacam pengesahan dari-Mu… aku tak tahu… apa maksud semua ini…
Saat Kau berfirman bahwa, orang yang melanggar perintah-Mu dan menjalankan larangan-Mu maka akan Engkau siksa dengan siksa yang amat pedih, dan akan Engkau beri azab yang sangat menyakitkan…
Namun, kenyataannya?
Banyak umat-Mu yang senantiasa melanggar hukum-Mu tetap senang, bergelimang kemewahan, harta benda dan kekuasaan hanya karena ia tekun berusaha untuk merubah nasibnya (meskipun di jalan yang salah).
Saat Engkau berfirman, manusia yang senantiasa tunduk kepada-Mu akan Engkau beri nikmat yang lebih, akan Kau beri kebahagiaan.
Kenyataannya banyak orang yang tidak bahagia… meskipun ia berusaha untuk men-dapatkannya… (ia tunduk terhadap perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu Ya Rabbi).
Tuhanku… Engkau berfirman, ”Aku senang mendengar doa umat-Ku.” Akan tetapi, apakah karena Diri-Mu Yang Agung ini senang mendengar doa umat-Mu yang memohon dengan sepenuh hati, lalu Engkau menunda rizki yang semestinya dia dapatkan? (aku tahu, jika hanya doa, itu percuma, harus ada usaha maksimal untuk mendapatkan apa yang diinginkan, diiringi doa).
Namun, mengapa insan yang telah berusaha, tetap saja rizkinya Kau tunda hanya karena Engkau senang mendengar doa umat-Mu? Apakah itu karena umat-Mu telah mencapai batas maksimal dari takarannya?
Apakah karena dia sudah sampai pada garis yang ditetapkan? Sebagaimana ajaran para Orang Suci,  “ Manusia lahir telah membawa empat hal. Hidup, mati, jodoh dan rizki.”
Tuhanku… sesungguhnya, aku tak memahami semua ini… (pada dasarnya, manusia memang tak kan bisa memahami ketentuan Sang Maha Takdir, karena itu diluar batas kemampuannya).
Tuhan… sampai saat ini, hanya satu yang kupahami dengan pasti… semua usaha akan memperoleh hasil, terlepas dari patuh tidaknya pelaku usaha itu kepada perintah dan larangan-Mu.
Tuhan… pertanyaan tadi seolah ingin memungkiri Kekuasaan-Mu Yang Maha Agung, namun… sebenarnya tidak. Karena semakin aku berpikir, semakin terbuka pemahamanku tentang hal yang kutanyakan. Semakin kuyakini bahwa Engkau selalu memberi apa yang diminta umat-Mu, meskipun ia mengingkari-Mu.
Bahwa nasib orang telah digariskan, tetapi… Engkau memberi kebebasan untuk orang itu mengubahnya sebagaimana firman-Mu:
”Nasib suatu kaum tak akan berubah sampai kaum itu sendiri yang (berusaha) merubah nasibnya.” Di firman ini tak disebutkan, apakah saat (berusaha) merubah nasib, kaum tersebut harus beriman kepada-Mu atau… tidak beriman.
Allah Yang Maha Mencintai, Engkau mencintai tanpa batas, tanpa membedakan…
Tuhanku, semakin aku sadari, bahwa manusia diharuskan untuk mencari makna sejati, arti hidup manusia itu sendiri. Manusia harus mengetahui mengapa dia hidup di bumi… harus berusaha untuk mendapatkan keinginannya… semakin ku pahami bahwa, manusia memang memiliki batas maksimal dikehidupannya. Dan hanya dengan kekuasaan-Mu serta ridho-Mu lah yang mampu membuat manusia melampaui batas maksimal itu.
Mungkin pemikiranku terlalu naif, terlalu aneh, terlalu mengada-ada… terlalu picik, bahkan mungkin… memberontak! Tapi ku tak peduli… bagiku, semua adalah sesuatu yang kurasakan, kualami, kunikmati, kupahami sebagai suatu pengalaman pribadi, sebagai sesuatu yang aku alami sendiri, sebagai kenyataan yang telah kujalani.
Bagiku, apa yang telah kudapat selama ini, sehingga ketika aku berpikir dan mengolah semua pertanyaan dan jawaban yang diajukan oleh siapa pun, termasuk pertanyaan dan jawaban dariku sendiri atas segala hal yang ada di kehidupan manusia, dan terutama pertanyaan seperti yang telah kuuraikan, bukan berarti aku tak mempercayai Tuhan Ada dan Maha Kuasa Atas Segalanya.
Karena pada akhirnya, jawaban yang muncul dari pertanyaan tersebut makin mengukuhkan keyakinanku, pemahamanku, pengertianku, atas keberadaan Tuhan Yang Maha Segalanya.
Bagiku, berpegang pada kenyataan hidup (baik yang berasal dari diri sendiri ataupun dari orang lain) akan membuatku lebih mantap serta terarah dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar