Entri yang Diunggulkan

Dahulu Mana, Telur dan Ayam?

Pertanyaan klasik dan ajeg yg jadi bahan debat tanpa ujung jika ngrembug bab Sangkan adalah... . . . . . Disit ndi endog karo pitik? (Dulu m...

Jumat, 26 September 2014

Benarkah Jadi Kado Termanis atau Jadi Awal Kekacauan?

Pagi-pagi, brita yg pertama ku baca adalah hasil Rapat Paripurna DPR
tentang Pilkada.

Dan hasilnya sesuai perkiraan awal pas tahu PD WO. Hasil voting
memutuskan bahwa Pilkada dilakukan oleh DPRD.

Dari 361 anggota DPR yang hadir mengikuti voting (jumlah ini dah
kuorum, yg hadir dah setengah lebih dari jumlah anggota DPR), 135
anggota DPR mendukung Pilkada Langsung dan 226 mendukung Pilkada lewat
DPRD. Yg WO g ikut diitung... Hehehehehe...

Melihat dari datanya, maka ini adalah salah satu langkah cemerlang nan
gemilang dari The Real King Maker.

Why? Secara wantah, diketahui umum PD mendukung Pilkada Langsung, tp
tidak terakomodasi opsinya makanya WO. Dan sekaligus memberi peluang
pada KMP tuk ngegolin Pilkada lewat DPRD.

Maka, tinggal tarik ulur antara Kubu PDIP dan KMP yg dimenangkan KMP.

Dukungan sesungguhnya The Real King Maker kemana, bisa dilihat dari
sikap partai Sang Besan...

Dengan demikian, lengkap sudah dagelan politik yg ada.

Benarkah akan menjadi Kado Manis di akhir masa jabatan yg benar-benar
manis ataukah menjadi awal Kekacauan Sistem (minjem istilah di salah
satu artikel Kompas) karena akan begitu banyak aturan yg harus
disesuaikan (sebab bertabrakan dg aturan yg sudah ada)?

Akankah ini juga menjadi awal dari perseteruan lebih frontal dan keras
dari partai pemerintah dan penyeimbang? Sehingga, semua keputusan
pemerintah dijegal/dipersulit oleh penyeimbang, dan awal dari adanya
oligarki politik sbb memiliki suara mayoritas?

Kita lihat dan saksikan saja dengan seksama.

Apapun itu, aku puas melihat hal ini.
PUAS!!!
Karena makin terbuka lebar, makin terpampang apa yg jadi motif dan
tujuan masing-masing kubu.

Hal juga akan ini membuka banyak hal serta peristiwa-peristiwa yg
makin menarik (jika mau mengikuti), jadi g usah terkejut jika ada
hal/peristiwa baru yg jadi berita besaaar. ;-)

Jika besok-besok, kubu PDIP banyak yg disikat KPK, sementara kubu KMP
aman, jg g usah heran y...

So, selamat menyaksikan tontonan yg akan tersaji selanjutnya y...

-Djati, Jumat, 26 September 2014, 7:45-

Catetan:
Berikut detailnya voting dini hari tadi:

1. Golkar
Langsung 11 orang
DPRD 73
Abstain 0

2. PDIP
Langsung 88
DPRD 0
Abs 0

3. PKS
Langsung 0
DPRD 55
Abs 0

4. PAN
Langsung 0
DPRD 45
Abs 0

5. PPP
Langsung 0
DPRD 32
Abs 0

6. PKB
Langsung 20
DPRD 0
Abs 0

7. Gerindra
Langsung 0
DPRD 22
Abs 0

8. Hanura
Langsung 10
DPRD 0
Abs 0

9. FPD
Langsung 6
DPRD 0
Abs 0

Tuh, khan... Yg WO g diitung... Hwehehehehehehe...

#Kado

Jumat, 12 September 2014

Pesan Pak SBY

"Jangan pernah membenci pemimpin yang akan datang, karena pemimpin
kita apa pun keterabatasannya ingin berbuat yang terbaik untuk bangsa.
Kadang-kadang ada badai hujan, panas, terik, tetapi dia terus bekerja
untuk memberikan yang terbaik."

(SBY)

Masihkah Partai Representasi Rakyat?

Keputusan partai ditentang para Kepala Daerah yang didukung partai
tersebut gara-gara RUU PILKADA.

Ternyata, keputusan para Dewa (meminjam istilah Desmon J. Mahesa dalam
menyebut para petinggi partai KMP), mendapat tentangan keras, bukan
hanya para Kada alias Kepala Daerah, tapi juga elemen-elemen di
masyarakat.

Ruameeeeeee....

Maka, siapa yang sebetulnya mewakili rakyat dan siapa yang hanya
mewakili kepentingan pribadi dan golongannya, bisa kita lihat disini.

Bagiku sendiri, siapa pun itu (g peduli dari kubu, golongan, partai,
anggota dewan dari manapun dan atau apapun sebutannya), yang berpihak
pada rakyat tentu akan berusaha mengerti, mengikuti dan memenuhi
kehendak rakyat dalam setiap gerak langkahnya agar rakyat makmur dan
sejahtera.
Jika tidak? Ya kebalikan dari itu... Plus arogan dan memaksakan kehendaknya.

Nonton saja kelakuan para elit, akankah melanjutkan dagelan politik
atau memberikan karya terbaik tuk rakyat, bangsa dan negara ini, NKRI
tercinta.

Sebab, meskipun pada awalnya didukung rakyat, jika saat menjalankan
tugas malah melupakan tugas dan kewajibannya tuk mensejahterakan
rakyat, sudah pasti mendapat cacian dan hinaan, dibenci dan dilawan
oleh rakyat manakala rakyat telah sampai pada batasan tuk mentolerir
pemimpin yang tidak amanah pada amanat yang diembannya.


-Djati, 12 September 2014, 11:00-

Kamis, 11 September 2014

Ksatria Kutu Loncat

Dari kemarin siang mpe pagi ini, yg jadi topik berita adalah Ahok Sang
Kutu Loncat.

Sip, salut wat keberanianmu tuk tegas dalam bersikap, berani
mempertahankan prinsip dalam berjuang tuk rakyat.

Baru kali ini ada tokoh yang mengakui dan bilang terang-terangan bahwa
dirinya adalah Kutu Loncat. Biasane, "Kutu Loncat" akan mendapat
banyak cibiran dan hinaan plus omongan miring. Akan tetapi, tuk yang
satu ini beda. Banyak yang kasih dukungan n jempol, bahkan ada yang
mendaulat dirimu jadi "Hero", yang njadiin idola juga ada. Why bin
mengapa? Ketegasan sikap dan keberaniannya tuk setia pada prinsip
berjuang untuk rakyat, laksana oase di padang pasir bagi rakyat yang
haus akan pemimpin yang tegas, berani demi kepentingan rakyat. Dan aku
termasuk salah satu
yang salut dan kagum atas sikapmu, Ahok.
Maka, haruskah ku sebut dikau Ksatria Kutu Loncat, Pak Basuki Tjahja Purnama?

Ditunggu gebrakan selanjutnya, Sang Ksatria Kutu Loncat... (aneh
rasanya nyebut gini...).

Semoga dengan berjalannya waktu, sikapmu tidak berubah ya... Jangan
lupakan cita-citamu, Pak Basuki.

Ingat!!!
Pemimpin yang baik, akan dicintai rakyatnya, pemimpin yang buruk akan
dibenci rakyatnya.


-Djati, 11092014, 07:31-
#KsatriaKutuLoncat

Selasa, 02 September 2014

Guyon Maton

Guyon Maton adalah bercanda tapi tidak melewati batas alias tetap pada waton yang ada. Maksudnya adalah, meskipun bercanda, tetapi candaan yang dilakukan tetap dalam batas-batas sopan santun, tata krama dan tidak nguyawara alias ngawur atau mengada-ada. Meskipun demikian, terkadang guyon maton membuat pihak lain tersenyum kecut atau mati kutu tidak bisa berkomentar karena yang hal yang disampaikan menohok secara telak padanya. Untuk menghidupkan suasana, biasanya ada yang menjadi tiban alias sasaran saat guyon maton. Baik itu memuji maupun nyindir alus. Nah jika lakone lagi apes, yang jadi tiban dalam guyon maton ini bener-bener apes mblebes, sampai-sampai kalau ga rikuh alias ewuh so pasti akan segera pamit alias pulang. Kalau yang guyonan teman sendiri, biasane dia terus mlipir lalu ngilang atau cari alasan tuk kabur. Temen yang lihat biasane langsung tanggap lalu ngeledek dengan berkata, "Balilah..../Lungalah.... Daripada dipecohi bae...." Dan disambut ketawa rame oleh temen-temen yang lain... hehehehe.... Hal yang dibicarakan saat guyon maton biasanya berkembang kemana-mana, dari yang remeh temeh sampai yang super beraaaaaaaaaat.... dan super sensitif. So, terkadang rambu-rambu yang ada diterabas begitu saja. Jadi, jangan heran jika guyon maton yang tadinya bernuansa humor berubah bernuansa serius, bahkan ngotot-ngototan mempertahankan prinsip saat nyerempet hal yang sensitif. Jika hal ini terjadi, biasanya ada yang nengah-nengahi, "Sing waras ngalah....." So, hampir bisa dipastikan ada yang nggrundel keki, sedangkan yang  lain senyum-senyum. Bubar kempyung atau terus sibuk dengan urusan masing-masing adalah hal selanjutnya yang terjadi. Dalam guton maton, hampir tidak ada ruang untuk orang yang asal waton atau benere dewek. Jika maksain, ada dua hal yang biasanya terjadi. Yang pertama, jadi bulan-bulanan guyonan sampai puanaaaaaaas tuh telinga, yang akhirnya jadi misuh-misuh ga karuan (malah tambah diketawain...). Yang kedua, dibiarkan begitu saja alias ga ditanggapi  karena temen yang lain males nanggapinya. Jika dilakukan dengan baik, guyon maton bisa membuka dan menambah  wawasan kita plus mengasah kemampuan berpikir dalam mencerna guyonan  yang ada. 11 Desember 2013,Djati

Gendhu-Gendhu Rasa

Gendhu-Gendhu Rasa menurut orang Jawa adalah suatu dialog dari hati ke hati yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan suasana penuh kekeluargaan, sebisa mungkin tanpa adanya tekanan dari pihak manapun untuk membicarakan dan mencari solusi terbaik atas permasalahan yang ada. Dalam melakukan dialog mengutamakan mencari titik temu yang baik bukan mengutamakan ego atau pembenaran pribadi.

Seringkali Gendhu-gendhu rasa dilakukan pada waktu senggang, santai alias tidak dilakukan dengan terburu-buru, bahkan perasaan yang akan diajak gendhu-gendhu rasa pun diperhatikan. Tidak asal melakukan dialog.

Meski terkesan santai dan seringkali disertai guyonan (guyon maton), gendhu-gendhu rasa adalah pembicaraan yang serius. Berdasarkan pengalaman, gendhu-gendhu rasa lebih banyak membicarakan hal-hal pribadi.

Ada interaksi timbal balik dan saling mengisi pada saat gendhu-gendhu rasa. Sebab, gendhu-gendhu rasa juga sekaligus menjadi pengungkapan beban yang ada dan mencari solusi terbaik tuk mengangkat beban itu.

Karena itulah, gendhu-gendhu rasa biasanya dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang sudah saling percaya, kadang juga dilakukan oleh seorang wakil yang sudah diakui kredibilitasnya. Hal ini dilakukan agar hal-hal penting yang dibicarakan tidak bocor keluar.

Kadangkala, gendhu-gendhu rasa juga ditambah kalimat ngudha rasa, gendhu-ngendhu rasa kanggo ngudha rasa. Maksudnya adalah pembicaraan yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dalam suasana kekeluargaan tuk ngungkapin uneg-uneg atau rasa yang mengganjal agar jadi plong dan diharapkan mendapat jalan keluar terbaik tuk hal tersebut sehingga permasalahan menjadi clear.

Hasil dari gendhu-gendhu rasa biasanya tidak langsung terlihat, terkadang butuh proses yang lama. Hal ini disebabkan karena hasil pembicaraan tetap ditelaah ulang oleh yang gendhu-gendhu rasa.

Hasil yang bisa dilihat adalah adanya perubahan sikap atau perilaku yang gendhu-gendhu rasa, terutama oleh orang-orang terdekatnya.

Satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah, saat gendhu-gendhu rasa semua pihak memiliki kedudukan yang sama/sederajat.

Jadi, gendhu-gendhu rasa (meskipun sudah jarang dilakukan) adalah salah satu cara yang dilakukan orang Jawa untuk memperoleh jalan terbaik atas permasalah yang ada.



11 Desember 2013,

Djati