Entri yang Diunggulkan

Dahulu Mana, Telur dan Ayam?

Pertanyaan klasik dan ajeg yg jadi bahan debat tanpa ujung jika ngrembug bab Sangkan adalah... . . . . . Disit ndi endog karo pitik? (Dulu m...

Kamis, 16 Oktober 2014

Indonesia Hebat Berjiwa Merah Putih

Jujur saja, akhir-akhir ini saya muak melihat perseteruan para elit
baik di tingkat pusat maupun di daerah terkait dengan proses Pilpres
sampai dengan pembentukan pemerintahan dan Majelis/Dewan.

Kuat-kuatan mathok bangkrung semua mengatasnamakan rakyat, tapi
kelakuannya malah bikin terperanjat.

Anyway, saat Pancasila mulai disebutkan kembali ada sepercik bahagia
di nurani terdalam, meskipun harus ku akui, timbul banyak tanya dalam
hati.

Saat kenegarawanan para elit mulai dipertanyakan, terbersit tanya di
dada. Ya, saat PDIP menyatakan bahwa jika Prabowo mau bertemu dengan
Jokowi, maka beliau adalah negarawan sejati, terbersit tanya di hati,
bagaimanakah sikap Megawati dengan SBY, maukah beliau segera bertemu
SBY? Jika iya, alangkah eloknya... Jika tidak, tak salahkan jika saya
mempertanyakan kenegarawan beliau?

Jika semua elit lalu berpegang teguh pada Pancasila, baik dari KMP
maupun KIH, benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan
negara tercinta, tiada hidden agenda kecuali ingin memakmurkan dan
mensejahterakan rakyat... Alangkah bagusnya... Elok sekali. Why? Pasti
akan didapat win-win solution atas semua masalah di bangsa dan negara
ini.

Sebab, dengan nglenggahaken Pancasila berarti sudah nglenggahaken
Merah Putih dan nglenggahaken Bhinneka Tunggal Ika, pada akhirnya,
tentu akan berusaha semaksimal mungkin memakmurkan dan mensejahterakan
rakyat. Dengan demikian, Tri Sakti Bung Karno pun terwujud.

Dengan Jiwa Merah Putih, maka Indonesia Hebat pasti terwujud. Bukan
sekedar Jiwa yang Berani karena Benar, tapi juga karena benar-benar
menyadari bahwa sebagai manusia yang berketuhanan agar ketuhanan itu
lenggah di muka bumi, maka kemanusiaannya pun harus lenggah. Merah
adalah manusianya, hubungan manusia dengan manusia-hablumunanas, Putih
adalah Tuhan, hubungan manusia dengan Tuhan-hablumunallah (mhn koreksi
jika salah nulis), sehingga bisa mewujudkan Khalifatullah yang
rahmatan lil alamin.

Benar-benar mengerti dan menjiwai, bahwa untuk memulihkan Kaluhuran
dan Kawibawan NKRI hanya bisa terjadi dengan Manunggaling Kawula lan
Gustine. Manunggalnya Rakyat dan Pemimpinnya. Rakyat itu Putih,
Pemimpin itu Merah, kekuasaan Pemimpin, Pemerintah dan seluruh lembaga
Kenegaraan berasal dari rakyat, oleh karena itu, maka para Pemimpin
dan Wakil Rakyat harus tahu dan mengerti rasane rakyat lalu berbuat
yang terbaik untuk rakyat.

Ga mudah memang tuk mewujudkan, tapi bukan tidak mungkin. Tinggal mau
atau tidak untuk mewujudkannya.

Seingat saya, Pemilu dan Pilpres 2014 inilah yang paling ku ikuti
perkembangannya, sekaligus yang paling keras, kasar dan brutal
semenjak saya memiliki hak memilih. Dan sampai sekarang pun masih
terngiang di telinga saat saya meminta petunjuk pada orang yang sangat
saya hormati, bagaimana harus bersikap dalam Pemilu, Pilpres dan
kelanjutannya ke depan.
"Ndra, aja pernah mbelani rejim, nanging belaha bangsa lan negaramu,
Merah Putih, Pancasila lan Bhinneka Tunggal Ika. Dititi priksa sing
temenan, ndi sing ana pletikane Pancasila. Sing cekelane Pancasila,
pasti benere. Dititeni mobah mosike, ndi sing Sejati, wani nyebut
Pancasila, kudu wani nglaksanakaken ora mung kekudung. Nek mung
kekudung pasti hancure. Aja ragu!"

Berpijak pada hal tersebut, maka besar harapan saya agar semua tokoh
kersa duduk bersama sebagai negarawan tuk memberikan yang terbaik bagi
rakyat, bangsa dan negara, NKRI tercinta. Tuk nglenggahaken Pancasila.
Jika tidak, maka entah jadi apa NKRI tercinta ini.

Dan siapapun (KIH, KMP atau pihak lain diluar itu) yang melanggar
Merah Putih, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, pasti akan hancur tak
peduli sekuat apapun itu.

Semoga bisa segera terwujud Indonesia Hebat yang berjiwa Merah Putih.

Kebumen, Rabu, 16 Oktober 2014, 05:05
-Djati-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar