Entri yang Diunggulkan

Dahulu Mana, Telur dan Ayam?

Pertanyaan klasik dan ajeg yg jadi bahan debat tanpa ujung jika ngrembug bab Sangkan adalah... . . . . . Disit ndi endog karo pitik? (Dulu m...

Rabu, 01 Oktober 2014

Kesaktian Pancasila

Hari ini, 1 Oktober 2014, bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila,
para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Periode 2014-2019 akan dilantik.

Saya lupa, apakah pada periode yang lalu juga dilantik pada tanggal
yang sama dengan sekarang.

Besar harapan saya, para Anggota Dewan yang terhomat setelah diambil
sumpahnya lalu mulai menjalankan tugas dan kewajibannya, benar-benar
bekerja untuk rakyat, bangsa dan negara, NKRI tercinta.
Bukan sekedar demi pribadi, golongan maupun partainya semata.
Benar-benar mengimplementasikan Pancasila dalam setiap gerak
langkahnya.

Jika hal ini dilakukan, maka bisa dipastikan bahwa rakyat akan makmur
sejahtera yang berkeadilan di segala bidang/aspek kehidupan.

Akan tetapi, jika hanya mementingkan diri, golongan, partainya dan
atau agenda tersembunyi lainnya, sedang Pancasila hanya menjadi
lamisan alias topeng a.k.a. kekudung atas maksud dan tujuan bin
persekongkolan jahat untuk menjegal jalannya pemerintahan, dan atau
agenda yang diluarnya terlihat amat Pancasilais namun didalamnya
malahan bertentangan dengan Pancasila, maka caci maki, sumpah serapah,
kehancuran dan kenistaan akan menjelang. Jangankan berkeadilan, makmur
sejahtera pun tidak akan didapat oleh rakyat. Bangsa dan negara pun
akan terkoyak dan berkeping.

Sesungguhnya, bukan hanya para Anggota Dewan (baik pusat maupun
daerah), tetapi juga seluruh jajaran pemerintahan dari pucuk
tertinggi, Presiden sampai aparat pemerintahan terdepan, Lurah dan
Kades serta perangkat lainnya pun harus senantiasa mengimplementasikan
Pancasila dalam setiap gerak dan langkahnya.

Dua contoh paling aktual tentang Kesaktian Pancasila adalah kemenangan
Jokowi-JK dan UU PILKADA.

Jokowi-JK menang melawan kekuatan koalisi yang demikian kuat dan
besar, bahkan pemerintah dan partai penguasapun bergabung dalan
koalisi tersebut. Hitung-hitungan di atas kertas, seharusnya
Prabowo-Hatta lah Sang Pemenang, tetapi kenyataan mengatakan Jokowi-JK
lah Sang Pemenang.

Kenapa hal ini terjadi? Sebab Jokowi-JK mengimplementasikan Pancasila,
menghargai pluralisme, Kebhinnekaan dalam setiap gerak langkahnya.
Sementara, pihak sebelah senantiasa mengungkit SARA dalam setiap gerak
dan langkahnya demi mencapai tujuan.

Pada UU PILKADA, ketika KMP berpegang pada Pancasila, Sila Keempat,
maka voting pun dimenangkan KMP. Hal ini terlepas dari segala agenda
tersembunyi KMP.
Pada kenyataannya, karena berpedoman pada Pancasila lah KMP menang
pada voting, jika tidak, mungkin sejarah akan berkata lain.

Maka, skor Koalisi Jokowi-JK vs KMP saat ini adalah 1:1 alias seimbang.

Kedepannya, saya harap pihak manapun itu, tetap berpegan teguh pada
Pancasila dan sesungguh hati mengimplementasikannya dalam setiap gerak
dan langkahnya demi rakyat, bangsa dan negara. Dijamin pasti dicintai
rakyat dan lenggah ing aluhur.

Jika tidak... Tanggung sendiri resikonya!


Rabu,1 Oktober 2014, 8:05
-Djati-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar